Rabu, 07 Desember 2011

Kemajuan Teknologi Infrastruktur Kurangi Risiko Bencana


MedanBisnis – Mataram. Strategi pengembangan infrastruktur yang selaras dengan kondisi lingkungan dan kemajuan teknologi merupakan salah satu kunci dalam meminimalisir munculnya berbagai resiko akibat bencana alam dan perubahan iklim yang tidak menentu. Oleh karena itu, adaptasi dan mitigasi bencana yang berbasis pada penguatan penelitian serta dukungan data yang solid harus terus dibudayakan.

Apalagi, menurut data CRED (Centre for Research on The Epidemiology of Disasters), beberapa akhir tahun ini telah terjadi 343 bencana alam di Indonesia dengan dampak kerugian yang tidak sedikit. Hal ini semakin diperparah dengan terjadinya musim kemarau yang ekstrim, meningkatnya suhu udara, serta curah hujan yang fluktuatif.

Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Mohamad Hasan yang dibacakan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Jawali Marbun dalam seminar bilateral dengan tema “Environmentally Friendly Road and Transport in Climate Change” di Mataram, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini.

“Keberlangsungan keberadaan infrastruktur seperti jalan dan transportasi yang berperan strategis dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan kapasitas produksi lokal, regional serta pasar internasional, harus didukung dengan pengembangan pedoman dan standar terkait dengan adaptasi dan mitigasi bencananya. Perlu adanya sharing pengetahuan, data, dan informasi serta kajian mendalam yang melibatkan saran, masukan, serta opini dari berbagai sisi untuk menemukan solusi yang tepat sasaran,” ungkap Jawali.

Jawali menguraikan, kegiatan seminar bilateral ini merupakan kelanjutan dari simposium internasional yang diselenggarakan di Bali, 14-15 Oktober 2010, sebagai kerjasama antara Pusat Penelitian Jalan dan Pengembangan Jalan (Institute of Road Engineering/IRE) Balitbang Kementerian PU dengan National Institute of Land and Infrastructure Management (NILIM), Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism, Jepang.

“Pembahasannya akan difokuskan pada kerjasama pengembangan road map, yang meliputi optimalisasi infrastruktur bagi pengembangan transportasi yang ramah lingkungan di setiap lini, pengintegrasian data menggunakan Image Processing Technology (IPT) berbasis survei situasi lalu lintas, penelitian terhadap aspal buton (baik dari segi material maupun kegunaannya), dan kajian keselamatan jalan di mana IRE akan mengadopsi pedoman dan standar dari Jepang dalam mendesain jembatan yang mampu mengakomodir pertumbuhan sepeda motor,” jelas Jawali.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Taufik Widjoyono yang diwakili oleh Kepala Bagian Umum Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Maliki Moersid mengatakan, keberagaman kondisi geografi, geologi, iklim, dan topografi yang ada di Indonesia harus disiasati dengan penelitian dan pengembangan yang signifikan dalam pengelolaan infrastruktur jalan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan konstruksi dan menurunnya fungsi jalan.

“Beberapa aspek penting yang mempengaruhi keberlanjutan konstruksi dan fungsi jalan di antaranya semakin meningkatnya intensitas bencana alam di Indonesia, meningkatnya jumlah sepeda motor dalam 5 tahun terakhir, kurangnya kontrol terhadap muatan berlebih, penggunaan aspal yang kuat dan ramah lingkungan, serta manajemen keselamatan jalan dan optimalisasi sistem manajemen jalan yang terintegrasi,” papar Maliki.
Sementara itu, Director of International Research and Promotion Divison NILIM Hiroaki Teramoto mengungkapkan, Jepang akan memberikan dukungan informasi dan teknologi melalui hasil-hasil penelitian dan penyusunan program strategis yang mengakomodir pengembangan jalan dan transportasi yang ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan Automatic Counter Technology untuk mengetahui kondisi kemacetan lalu lintas melalui teknologi visualisasi.

Seminar bilateral ini menghasilkan beberapa kesimpulan, di antaranya adanya peluang sepeda motor sebagai transportasi ramah lingkungan dilihat dari perbandingan emisi CO2 yang dihasilkan antara mobil dan sepeda motor yang ada di Jepang, peluang penggunaan Image Processing Technology (IPT) dalam manajemen lalu lintas, perlunya sistem informasi keselamatan jalan yang meliputi data kecelakaan lalu lintas, peningkatan konstruksi dan fungsi jalan yang sudah terbangun, dan pentingnya pemenuhan kriteria aspal. (pkp/kpu)

Jumat, 14 Oktober 2011

PENGGERAK TEKNOLOGI EVOLUSI INFRASTRUKTUR

a. Hukum Moore dan Daya Pemrosesan Mikro
Hukum Moore: sejak chip mikroprosesor pertama diperkenalkan pada tahun 1959, jumlah komponen pada sebuag chip dengan biaya produksi perkomponen yang terkecil (pada umumnya transistor) akan menjadi dua kali lipat setiap tahunnya. Berdasarkan tulisan Gordon Moore pada tahun 1965 di Electronics Magazine.
  
b. Hukum Penyimpanan Digital Besar
Dunia saat ini memproduksi sebanyak 5 exabyte informasi unik pertahun (1 exabyte= 1 milliar gigabyte, atau 1018 byte). Jumlah infromasi digital kurang lebih menjadi dua kali lipat setiap tahun (Lyman dan Varian, 2003)

c. Hukum Metcalfe dan Ekonomi Jaringan
Hulum ini menyatakan bahwa nilai atau kekuatan dari jaringan bertumbuh secara eskponensial sebagai fungsi dari jumlah anggota jaringa tersebut. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan pengembalian terhadap skala yang didapatkan oleh para anggota jaringan seiring dengan semakin banyaknya orang yang tergabung dalam jaringan tersebut.

d. Mengurangi Biaya Komunikasi dan Internet
Dengan semakin banyaknya orang dapat mengakses internet akan mengurangi dan menurunnya biaya komunikasi dan penggunaan terhadap fasilitas komunikasi dan komputasi semakin banyak.

e. Dampak Jaringan dan Standar
Standar teknologi adalah spesifikasi yang menentukan kompatibilitas sebagai produk dan kemampuan berkomunikasi dalam sebuah jaringan.


DEFINISI INFRASTRUKTUR TI

Insfrastruktur Teknologi Informasi (TI) didefinisikan sebagai sumber daya teknologi bersama yang menyedikan paltform untuk aflikasi sistem informasi perusahaan yang terperinci. Infrastruktur TI meliputi investasi dalam peranti keras, peranti lunak, dan layanan, seperti: konsultasi, pendidikan, dan pelatihan yang tersebar diseluruh perusahaan atau tersebar duselutuh unit bisnis dalam perusahaan. Dapat dijabarkan dengan:

a. Platform komputasi yang digunakan untuk meenyediakan layanan komputasi yang berhubungan dengan karyawan, pelanggan dan pemasok dalam lingkungan digital yang konsisten yang meliputi mainframe besar, kumputer dan laptop, dan personal digitalassistant (PDA) serta Internet.

b. Layanan telekomunikasi yang menyediakan data, suara, dan konekvisitas video kepada karyawan, pelanggan, dan pemasok.

c. Layanan pengaturan data yang menyimpan dan mengelola data perusahaan dan menyediakan kemampuan untuk menganalisis data.

d. Layanan peranti lunak aplikasi yang menyediakan kemampuan untuk keseluruhan kemampuan seperti sistem perencanaan sumber daya perusahaan, manajemen hubunga pelanggan, rantai pasokan, dan menejemen pengetahuan yang digunakan bersama-sama oleh seluruh unit bisnis.

e. Manajemen fasilitas fisik yang mengembangkan dan mengelola instalasi fisik yang dibutuhkan untuk layanan komputasi, telekomunikasi, dan manjemen data.

f. Layanan manajemen TI yang merencanakan dan mengembangkan infrastruktur, berkoordinasi dengan unit bisnis untuk berbagai layanan TI, mengelola akuntansi untuk pengeluaran TI dan menyediakan program layanan proyek.

g. Layanan standar TI yang memberikan kebijakan yang menentukan teknologi informasi mana yang akan digunakan, kapan dan bagaimana menggunakannya, kepada perusahaan dan unit-unit bisnisnya.

h. Layanan pendidikan TI yang menyediakan sistem pelatihan untuk karyawan dan melatih menajer dalam merencanakan dan mengelola investasi TI.

i. Layanan pelatihan dan pengembangan TI yang menyediakan perusahaan dengan penelitian mengenai proyek-proyek TI yang berpotensi dan investasi yang dapat membantu perusahaan mendiferensiasikan diri di pasar.


ITIL


ITIL atau Information Technology Infrastructure Library (Bahasa Inggris, diterjemahkan Pustaka Infrastruktur Teknologi Informasi), adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi (TI). ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan TI. Nama ITIL dan IT Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya. ITIL memberikan deskripsi detail tentang beberapa praktik TI penting dengan daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat disesuaikan dengan segala jenis organisasi TI.

Walaupun dikembangkan sejak dasawarsa 1980-an, penggunaan ITIL baru meluas pada pertengahan 1990-an dengan spesifikasi versi keduanya (ITIL v2) yang paling dikenal dengan dua set bukunya yang berhubungan dengan ITSM (IT Service Management), yaitu Service Delivery (Antar Layanan) dan Service Support (Dukungan Layanan).

Pada 30 Juni 2007, OGC menerbitkan versi ketiga ITIL (ITIL v3) yang intinya terdiri dari lima bagian dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan yang disediakan oleh teknologi informasi. Kelima bagian tersebut adalah:
Service Strategy
Service Design
Service Transition
Service Operation
Continual Service Improvement

Kelima bagian tersebut dikemas dalam bentuk buku, atau biasa disebut sebagai core guidance publications. Setiap buku dalam kelompok utama ini berisi:
Practice fundamentals – menjelaskan latar belakang tahapan lifecycle serta kontribusinya terhadap pengelolaan layanan TI secara keseluruhan.
Practice principles – menjelaskan konsep-konsep kebijakan serta tata kelola tahanan lifecycle yang menjadi acuan setiap proses terkait dalam tahapan ini.
Lifecycle processes and activities – menjelaskan berbagai proses maupun aktivitas yang menjadi kegiatan utama tahapan lifecycle. Misalnya proses financial management dan demand management dalam tahapan Service Strategy.
Supporting organization structures and roles – proses-proses ITIL tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa defini roles dan responsibilities. Bagian ini menjelaskan semua aspek yang terkait dengan kesiapan model dan struktur organisasi.
Technology considerations – menjelaskan solusi-solusi otomatisasi atau software ITIL yang dapat digunakan pada tahapan lifecycle, serta persyaratannya.
Practice Implementation – berisi acuan/panduan bagi organisasi TI yang ingin mengimplementasikan atau yang ingin meningkatkan proses-proses ITIL.
Complementary guideline – berisi acuan model-model best practice lain selain ITIL yang dapat digunakan sebagai referensi bagian tahapan lifecycle.
Examples and templates – berisi template maupun contoh-contoh pengaplikasian proses.

Di samping buku-buku dalam core guidance publications, ada juga complementary guidance. Dimana buku-buku dalam kategori nantinya dimaksudkan untuk memberikan model, acuan dan panduan bagi penerapan ITIL pada sektor-sektor tertentu seperti jenis industri tertentu, tipe organisasi serta arsitektur teknologi. Dengan demikian, ITIL akan dapat lebih diterima serta diadaptasi sesuai dengan lingkungan serta behaviour dari setiap organisasi TI.

Siklus Layanan ITIL
Kelima bagian ITIL yang seperti tersebut di atas biasanya disebut juga sebagai bagian dari sebuah siklus. Dikenal pula dengan sebutan Sikuls Layanan ITIL. Secara singkat, masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut.

Service Strategy Inti dari ITIL Service Lifecycle adalah Service Strategy.
Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.

Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
Service Portfolio Management
Financial Management
Demand Management

Bagi organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan/sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.

Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.

Service Design Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.

Ruang lingkup Service Design tidak melulu hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan.

Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
Service Catalog Management
Service Level Management
Supplier Management
Capacity Management
Availability Management
IT Service Continuity Management
Information Security Management

Service Transition Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang diubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.

Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
Transition Planning and Support
Change Management
Service Asset & Configuration Management
Release & Deployment Management
Service Validation
Evaluation
Knowledge Management

Service Operation Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI.

Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
Event Management
Incident Management
Problem Management
Request Fulfillment
Access Management

Continual Service Improvement Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle